PENERAPAN NADHOMAN SUNDA DALAM PEMBELAJARAN
DI SD PLUS AL-MUHAJIRIN
Oleh : Tamid, S.Pd.I
Pembelajaran berbasis budaya lokal merupakan salah
satu cara efektif dalam memperkenalkan dan melestarikan kearifan lokal kepada
generasi muda. Salah satu warisan budaya Sunda yang kaya akan nilai pendidikan
adalah Nadhoman Sunda. Dalam dunia pendidikan, khususnya di wilayah
Sunda, penerapan Nadhoman Sunda di sekolah dapat menjadi salah satu
metode yang mengintegrasikan pembelajaran bahasa, seni, dan moral ke dalam
kurikulum.
Nadhoman Sunda adalah
bentuk syair atau puisi tradisional Sunda yang sering kali mengandung ajaran
agama, nilai moral, atau petuah kebijaksanaan. Dengan bait-bait berirama dan
syair yang mudah diingat, nadhoman menjadi alat bantu yang menarik dalam
pembelajaran. Penerapan Nadhoman Sunda dalam pendidikan di sekolah dapat
memberikan warna baru dalam proses belajar mengajar, terutama dalam pendidikan
karakter dan penguatan budaya lokal.
Dalam pelaksanaannya, Nadhoman Sunda dapat diintegrasikan ke
dalam beberapa mata pelajaran, seperti Bahasa Sunda, Seni Budaya, serta
Pendidikan Agama Islam. Sebagai contoh, di kelas Bahasa Sunda, nadhoman
dapat diajarkan sebagai salah satu bentuk karya sastra yang khas, di mana siswa
diajak untuk memahami makna di balik syairnya serta mengenali struktur
bahasanya. Melalui metode ini, siswa bukan hanya belajar tentang bahasa, tetapi
juga mendapatkan wawasan tentang nilai-nilai moral yang terkandung dalam nadhoman
tersebut.
Di sisi lain, Nadhoman Sunda juga dapat
digunakan dalam pembelajaran agama. Banyak nadhoman yang memuat
ajaran-ajaran agama Islam dalam bahasa Sunda, sehingga siswa lebih mudah
memahami dan menghayati ajaran agama dalam konteks budaya mereka sendiri. Dalam
hal ini, nadhoman berperan sebagai media pengajaran yang memadukan unsur
keagamaan dan kebudayaan lokal. Melalui lantunan syair yang mengandung
pesan-pesan keagamaan, siswa akan lebih mudah menyerap dan memahami materi ajar
dengan cara yang menyenangkan.
Penerapan Nadhoman Sunda dalam pembelajaran
juga melibatkan metode yang kreatif dan interaktif. Siswa dapat diajak untuk
melantunkan nadhoman secara berkelompok atau individu dalam bentuk
pembacaan syair yang diiringi dengan nada atau musik tradisional. Melalui
pendekatan ini, proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan partisipatif,
sehingga siswa lebih terlibat secara emosional dan intelektual.
Selain itu, Nadhoman Sunda juga dapat diterapkan dalam
pembelajaran seni dan budaya. Dalam kelas seni, siswa dapat belajar bagaimana melantunkan
nadhoman dengan irama dan intonasi yang tepat, serta mengenali elemen
seni musik dan tari yang mungkin mengiringi syair tersebut. Aktivitas ini bukan
hanya membantu siswa mengembangkan keterampilan bahasa dan seni, tetapi juga
menumbuhkan apresiasi terhadap kekayaan budaya daerah mereka.
Keunggulan lain dari penerapan Nadhoman Sunda
dalam pembelajaran adalah kemampuannya untuk membentuk karakter siswa.
Nilai-nilai yang terkandung dalam syair-syair nadhoman sering kali
berupa petuah moral yang mengajarkan kebaikan, kesederhanaan, kejujuran, serta
rasa hormat terhadap sesama. Dengan menghafal dan melantunkan nadhoman,
siswa secara tidak langsung menanamkan nilai-nilai ini dalam diri mereka, yang
kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara keseluruhan, penerapan Nadhoman Sunda
dalam pembelajaran di sekolah tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan
pengetahuan, tetapi juga untuk melestarikan warisan budaya lokal serta
menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual yang penting bagi perkembangan
karakter siswa. Dengan memanfaatkan kekayaan budaya lokal seperti nadhoman,
pendidikan menjadi lebih bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa, sekaligus
memperkuat jati diri mereka sebagai bagian dari budaya Sunda yang luhur.
Melalui penerapan ini, diharapkan siswa dapat tumbuh menjadi individu
yang cerdas, berkarakter, serta memiliki kecintaan dan kepedulian terhadap
warisan budaya lokal mereka.