Danish Zufar Abrisam
Sebelah kiri atas
Terjebak dalam stigma nilai
numerik. Ya, rata-rata hampir semua
orang selalu terjabak dalam paradigma nilai numerik yang tertera dalam raport.
Apalagi bagi orang tua yang selalu menginginkan putra-putrinya memiliki nilai
raport dan peringkat terbaik di kelas maupun di sekolahnya. Keinginan dan
pandangan seperti itu tidak salah dan tidak juga kita bisa salahkan, karena
memang itu juga merupakan kebanggaan bagi orang tua. Namun adakalanya kita
selaku orang tua/wali siswa juga terjebak dalam paradigma nilai numerik
tersebut. Bagaimana tidak? Dengan hal tersebut mereka semua termasuk kita
terbuai dalam laporan yang berbentuk nilai
raport, tanpa kita melakukan visi untuk masa depan peserta didik dalam hal ini
adalah anak-anak kita.
Pendidikan tersaji dan
dilaksanakan pada dasarnya untuk memberikan bekal hidup sehingga putra-putri kita
bisa survive dengan kemampuan yang mereka miliki secara praktek. Untuk itu,
sebaiknya nilai numerik yang hadir dalam bentuk raport harus disertai dengan
kemampuan skill siswa. Kita bisa katakan theory into practice berjalan dengan
baik dan ini yang bisa membuat peserta didik bisa survive.
Kurikulum yang selalu mengalami perubahan tentu sudah melakukan serangkaian
kajian dan uji coba. Berbagai kebijakan yang timbul seperti contoh tidak adanya
peringkat dalam raport tapi siswa terbaik pada bidang tertentu telah membuka
dan membelalakkan mata kita bahwa potensi yang dimilki oleh setiap siswa
berbeda sehingga setiap peserta didik patut diberikan kesempatan yang sama dan
apresiasi sebagai bentuk kesetaraan pendidikan bagi siapa saja yang ada di
lingkungan pendidikan Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia.
Salah satu contoh kemampuan yang
dimiliki peserta didik SD PLUS AL-MUHAJIRIN
kelas 6 Imam An-Nasa’I atas nama Danish Zufar Abrisam yang mampu menorehkan
kemampuan dan prestasinya di bidang olahraga sepak bola dengan merebut Juara ke-2
Primajaya Cup tentu membuat bangga Orang Tua dan Sekolah. Dari
sini kita bisa belajar dan menghargai kemampuan peserta didik kita dalam hal
ini anak-anak kita bahwa mereka masing-masing memiliki potensi kemampuan dan
skill yang berbeda. Yang harus kita siapkan sekarang adalah bagaimana minat dan
bakatnya bisa terus dalam track proses yang baik dan tepat penangannya sehingga
kemampuan, minat dan bakatnya terus tumbuh berkembang hingga professional yang
kelak mampu menjadi pegangan hidup untuk survive.
Salam Prestasi