SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI SD PLUS AL-MUHAJIRIN PURWAKARTA

Selasa, 18 Januari 2022

Kata Sakti

 


Syamsul Bahri, S.Pd

 

Penulis mengambil judul ini karena kata ini memang begitu sakti. Diambil dari pengalaman pribadi atau mungkin teman-teman pembaca yang budiman juga mengalami hal yang sama.

Menengok ke masa kecil dulu saat sebelum sekolah hingga masuk Sekolah Dasar, tentu banyak pengalaman atau kejadian yang membekas dalam benak kita. Sedih, senang, ceria, gelak tawa selalu menghiasi perjalanan kecil kita.

Dalam renungan mencoba menelusuri jejak langkah kecil berjalan menapaki jalan, berlari menyambut pagi, dan bersama menatap masa depan yang entah bisa tercapai ataukah akan terputus di tengah jalan.

Semburat mentari mengawali tandanya pagi, membawa langkah ini menuju tegaknya rumah berdiri teman-teman kami. Tidak perlu waktu lama menanti, teman-teman kecil keluar dari tempat tinggal yang terkadang asal. Cukup beralaskan tanah dan beratapkan jerami dan berdindingkan bambu tersusun rapi menjadi bukti kehidupan pribumi di bumi pertiwi.

Bergerak tanpa kata-kata seakan sudah terbiasa, yang ada hanya canda tawa berjalan menuju tanah lapang dan tibalah permainan di mulai. Anak perempuan dengan tali karet yang tersusun rapi membentang untuk dilewati oleh masing – masing pemain. Tak kalah juga anak laki-laki bergerak mengais teman-teman mereka secara berpasangan untuk dibawa lari hingga garis akhir. Permainan selalu berganti dengan yang baru, hingga pada satu moment di antara kita ada yang menangis, yang biasanya terjadi karena permainan mulai tidak baik, curang, dan lainnya.

Read more

Dalam kegaduhan terbagilah dua kelompok yang saling membela. Kata-katapun terucap seraya membela teman. “Hey…kamu nanti ta laporkan sama ayah!”. Sementara yang lain tak mau kalah berucap lalu berkata, “kamu nanti ta laporkan sama polisi!”, “kamu juga nanti ta laporkan sama tentara!”, “Nanti kamu ta laporkan sama Presiden!” dan satu anak akhirnya mengeluarkan kata sakti yang membuat semua temannya terdiam. “Nanti kamu ta laporkan sama Allah!” Seakan sudah tahu atau mengenal Allah, semuanya tertunduk tak bisa berbicara lagi.

Allah,. . . Ya kata “Allah”,   inilah kata sakti yang acap kali selalu terucap saat kita bertengkar dengan teman sebaya kita. Ada rasa bangga, ada rasa sesuatu yang maha segalanya menolong kita. Bahkan tak ayal segala masalah selesai dengan diakhiri beradunya jari kelingking kita dengan kelingking teman kita tanda bahwa kita berbaikan dan bersahabat kembali.

Beranjak dewasa dan sampailah kita seusia sekarang. Ke manakah kata sakti itu sekarang? Apakah kita masih menyebutkan kata sakti itu? Apakah kita masih menyebut kata sakti itu saat kita senang atau susah?, saat kita lapang atau terhimpit?, saat kita berada di atas atau jatuh tertindih? Di mana kata sakti itu?

Selalulah ingat dengan kata sakti itu! Kata yang tiada bandingannya yang kelak kapan saja dan di mana saja menolong kita dalam keadaan apapun.

0 comments:

Posting Komentar