Mengapa Dia Dijadikan
Kawan Hidup?
Anak- anak
kecil itu seraya menjawab dengan berkata, “Aku puasa, aku sholat”. Tanpa mereka
merasa bersalah dan berdosa. Itulah tipikal anak-anak yang memang semuanya
ingin serba baik, terlihat baik dan harus baik di depan siapapun. Kepolosannya
telah menghantarkan mereka untuk menjawab yang baik-baik segala pertanyaan yang
bisa menyudutkan mereka.
Episode berubah
setelah anak-anak tadi tumbuh dan berkembang
menjadi dewasa seperti kita sekarang. Segala sifat manusia terkadang
semua muncul. Ada yang bisa mengontrol dengan sifat itu, ada yang tidak bisa mengontrol,
ataupun kadang bisa mengrontrol kadang tidak.
Seiring waktu,
musuh dan teman mulai berdatangan menghapiri kita. Teman sejati tentu yang
ingin kita cari dan kita dapatkan, namun teman sejati itu terkadang selalu kita
hiraukan begitu saja sementara musuh sejati kita jadikan kawan hidup.
Sebahagian dari
kita mungkin bertanya-tanya siapa musuh sejati kita? Ya, musuh sejati kita adalah
iblis yang selalu menjerumuskan kita pada hal-hal yang tidak baik, hingga kita
terjebak dalam perangkapnya yang semakin sulit untuk dilepas dan masuk terus
kedalam lumpur hitam bernoda.
Waktu adzan,
kita masih berbincang tanpa menjawab ucapan Adzan yang dikumandangkan Muadzin.
Waktu shalat kita masih sibuk dengan urusan duniawi. Waktunya berpuasa malah makan dan merokok di pinggir jalan. Bersaudara itu indah malah
menjadikan musuh. Berbagi rezeki itu nikmat malah menyembunyikan. Bersatu itu
indah malah bercerai-berai.
Jika kita seperti
gambaran di atas, maka kita tahu bahwa iblis itu musuh nyata tapi kita selalu
jadikan ia kawan hidup.
Semoga kita
termasuk golongan orang-orang yang selamat dunia dan akhirat.
Aamiin